Monday, October 21, 2013

generasi muda berencana



   Permasalahan remaja pada saat ini merupakan permasalahan yang kompleks. Disamping jumlah yang sangat banyak, yaitu mencapai 27,6% dari total penduduk indonesia yaitu sekitar 64 juta jiwa, di samping itu juga rentan akan kasus kawin muda, terlibat dalam penyalahgunaan Napza, beresiko terkena HIV dan AIDS. Data menunjukan bahwa usia kawin pertama di indonesia pada perempuan, baru mencapai 19,8 tahun (SDKI, 2007). Padahal di harapkan usia perkawinan pertama adalah 21 tahun. Sementara itu data dari BNN tahun 2008 menunjukan bahwa jumlah pengguna Napza sampai dengan tahun 2008 adalah 115,404 orang. Dimana 51,986 (45,04 %) dari total penggunaan adalah mereka yang berusia remaja (usia 16-24 tahun). Mereka yang pelajar sekolah berjumlah 5.484 orang (4,75%) dan mahasiswa berjumlah 4,055  orang  (3.51%). Untuk kasus HIV dan AIDS, menunjukan bahwa hampir setengahnya (45,9%) kasus AIDS berasal dari kelompok usia 20-29 tahun.



            Oleh karena itu hadirnya Duta Mahasiswa di tengah-tengah remaja dan mahasiswa dinilai sangat strategis, karena menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, sebanyak 71 persen remaja lebih menyukai curhat dengan teman sebayanya. Pengadaan program yang di lakukan BKKBN untuk remaja yang di kembangkan dalam rangka penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja / Mahasiswa sehingga mereka mampu melangsungkan :
1.      Jenjang pendidikan secara terencana
2.      Berkarir dalam perkerjaan secara terencana
3.      Serta menikah dengan penuh perencanaan sesuai siklus kesehatan Reproduksi

            Di tunjuknya saya sebagai Duta Mahasiswa GenRe  Provinsi Kepri, untuk mengikuti Pemilihan Duta Mahasiswa Tingakat Nasional di Jakarta yang di mulai pada tanggal 6 s/d 10 Mei 2012 menjadi kebanggaan bagi diri saya bisa mewakili provinsi, dan walaupun pada saat ini keberuntung itu tidak berpihak kepada saya untuk menjadi Duta Nasional GenRe 2012, dengan terpilihnya Duta Mahasiswa GenRe Sauqi Maulana dari Kalimantan Selatan dan Ni Putu Asteria Yuniarti dari Bali terpilih sebagai Duta Mahasiswa GenRe 2012 tingkat nasional
tidaklah dengan hal itu membuat saya patah semangat untuk mensosialisasikan  substansi program Genre yang  harus di miliki olah generasi muda bangsa indonesia khususnya kepri, yaitu :
1.      8 funsi keluarga
2.      Pendewasaan usia perkwinan (PUP)
3.      TRIAD KRR
4.      Pendidikan keterampilan hidup
5.      Advokasi dan KIE
6.      Gender

            Pengembanagn 8 fungsi keluarga yang di maksudkan adalah yaitu pengembangan melalui fungsi agama, budaya, lingkungan, ekonomi, kesehatan reproduksi,sosialisasi pendidikan,perlindungan dan cinta dan kasih. Pendewasaan perkawinan adalah upaya untuk meningkatkan usia pada perkawinan pertama, sehingga pada saat perkawinan di harapkan mencapai usia minimal 20 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki.TRIAD KRR maksudnya remaja harus menghindari seks bebas, narkoba dan HIV dan AIDS. Pendidikan keterampilan hidup yang dimaksudkan dalam program genre adalah pendidikan non formal yang memberikan keterampilan non formal, sosial, intelektual/akademis dan vokasional untuk berkerja secara mandiri. Advokasi adalah materi yang di berikan didalam PIK Remaja atau mahasisiwa agar remaja di dalam PIK R/M dapat melakukan loby dan menyampaikan Informmasi kepada pembuat kebijakan agar mendukung kegiatan PIK, KIE yang di maksud adalah kegiatan yang di lakukan PIK R/M dalam menyampaikan Informasi mengenai substansi GenRe. dan Gender adalah pandangan masyarakat tentang perbedaan peran, fungsi dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil  konstruksi sosial serta dapat berubah dengan perkembangan zaman.

Wednesday, October 2, 2013

Agar Tak Lalai Menimbang Tradisi

Oleh: Hasan Al Banna

Di masa yang serba modern saat ini, apakah segala hal yang mengandung masa lalu (tradisi) masih diperlukan? Tentu tidak mudah menjawab pertanyaan yang demikian. Di satu sisi, masyarakat harus menyesuaikan diri dengan kondisi zaman yang senantiasa, bahkan begitu pesat pergerakannya. Di lain sisi, masyarakat tidak lahir dari budaya yang kosong.

Sulit untuk dipungkiri bahwa kenyataannya masyarakat (manusia) memang membutuhkan pijakan budaya. Mau tidak mau, budaya yang pernah tumbuh di belakang masyarakat, yakni masa lampau, harus ditoleh oleh masyarakat itu sendiri. Ya, semacam cermin untuk menata diri dalam menyikapi masa depan (masa kini).

Namun, tidak dapat pula dibantah bahwa kearifan tradisi kerap pula diabaikan masyarakat modern. Segala hal yang sangkut-menyangkut dengan tradisi dianggap sekedipan mata. Padahal, ibarat pakaian, tentu budaya masa lampau tidak serta merta harus dikenakan secara terus-menerus. Dengan kata lain, masa lampau (tradisi) adalah harus tetap dilestarikan.

Menjadi gaun yang tetap tergantung di lemari kemodernan, yang dapat dipakai sekali waktu. Namun, andai tiba masa mengenakan baju budaya masa lalu, sudah barang tentu tidak sekadar bertengger di tubuh, tetapi ruhnya menyusup juga sampai ke jiwa pemakainya. Inilah sebenarnya hakikat pelestarian!

Hampir dipastikan, hakikat pelestarian demikian yang menjadi pijakan Badan Kesbang Pol. dan Linmas Provinsi Sumatera Utara dalam menggelar Pementasan Pelestarian Seni Budaya di Lapangan Simpang Tiga, Perbaungan (3 Juli 2010) dan di Alun-alun Tengku Amir Hamzah, Stabat (10 Juli 2010).

Pementasan kolosal berjudul “Cinta Tanah Air” karya/sutradara M. Raudah Jambak hadir dalam wujud seni perunjukan kolaborasi, yang digelar untuk mengajak masyarakat (penonton) sejenak mengenakan pakaian masa lalu (tradisi). Melalui pertunjukan “Cinta Tanah Air”, masyarakat memiliki peluang untuk berkaca pada kearifan masa lampau.

Pertunjukan “Cinta Tanah Air” membentangkan kenyataan bahwa para leluhur Indonesia sejak zaman perjuangan, masa kemerdekaan dan zaman sesudahnya senantiasa menjunjung nilai-nilai keindonesiaan yang satu meskipun berangkat dari keberagaman. Seperti yang terungkap dalam narasi pertunjukan, bangsa Indonesia (dalam konteks lokal adalah Sumatera Utara) ditumbuhi ‘tanaman’ yang penuh ragam warna.

Tentu, ragam warna tersebut tidak boleh hilang begitu saja. “Indonesia memiliki keragaman budaya yang luar biasa. Semuanya merupakan kekayaan yang tak ternilai harganya. Kita sebagai warga negara wajib memelihara keragaman budaya tersebut sebagai rasa cinta kita kepada tanah air.

Dari sekian banyak keragaman budaya itu, Sumatera Utara termasuk salah satu di antaranya. Rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa diwujudkan dalam berbagai cara, salah satunya melalui seni tradisi. Dan Sumatera Utara sangat terkenal dengan seni tradisinya...”

Pertunjukan “Cinta Tanah Air” melibatkan tiga dimensi seni pertunjukan sekaligus; teater, musik dan tari. Tidak mengherankan pula, pertunjukan ini melibatkan tiga kelompok yang mewakili dimensi tersebut. Komunitas Home Poetry (M. Raudah Jambak, dkk) menyumbangkan hasil cipta seni yang mewakili dimensi teater. Semula kelompok ini tekun berproses di ranah sastra, tetapi dalam perjalanan prosesnya, terlibat juga dalam dunia pertunjukan (teater).

ISTILAH ISTILAH DRAMA

1.      Sutradara : orang yang memberi pengarahan dan bertanggung jawab atas masalah artistik dan teknis dalam pemetasan drama, pembuatan film.
2.      Penokohan : teknik atau cara-cara menampilkan tokoh
3.      Macam-macam tokoh : TOKOH UTAMA  IALAH TOKOH YANG SANGAT PENTING DALAM MENGAMBIL PERANAN DALAM KARYA SASTRA.
DUA JENIS TOKOH : TOKOH DATAR ( FLASH CHARACTER ) DAN TOKOH BULAT ( ROUND CHARACTER ).
TOKOH DATAR IALAH TOKOH YANG HANYA MENUNJUKKAN SATU SEGI, MISALNYA BAIK SAJA ATAU BURUK SAJA. SEJAK AWAL TOKOH YANG JAHAT AKAN TETAP JAHAT.
TOKOH BULAT IALAH TOKOH YANG MENUNJUKKAN BERBAGAI SEGI BAIK BURUKNYA, KELEBIHAN DAN KELEMAHANNYA.
Tokoh introvert ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh ketidaksadarannya.
Tokoh ekstrovert ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh kesadarannya.
Tokoh protagonis adalah tokoh yang disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya.
Tokoh antagonis adalah tokoh yang tidak disukai pembaca atau penikmat satra karena sifat-sifatnya.