Sunday, March 31, 2013


kesaksian Jim Caviezel pemeran Yesus dalam The Passion of the Christ.

Posted: September 8, 2009 by iOSrim in testimonyTrue Story
Tags: 
menulis pada 29 Juni 2009 jam 11:58
Jim Caviezel adalah aktor Hollywood yang memerankan Tuhan Yesus dalam Film “The Passion Of the Christ”.
Berikut refleksi atas perannya di film itu.
JIM CAVIEZEL ADALAH SEORANG AKTOR BIASA DENGAN PERAN2 KECIL DALAM FILM2 YANG JUGA TIDAK BESAR. PERAN TERBAIK YANG PERNAH DIMILIKINYA (SEBELUM THE PASSION) ADALAH SEBUAH FILM PERANG YANG BERJUDUL “ THE THIN RED LINE”. ITUPUN HANYA SALAH SATU PERAN DARI BEGITU BANYAK AKTOR BESAR YANG BERPERAN DALAM FILM KOLOSAL ITU.
Dalam Thin Red Line, Jim berperan sebagai prajurit yang berkorban demi menolong teman-temannya yang terluka dan terkepung musuh, ia berlari memancing musuh kearah yang lain walaupun ia tahu ia akan mati, dan akhirnya musuhpun mengepung dan membunuhnya. Kharisma kebaikan, keramahan, dan rela berkorbannya ini menarik perhatian Mel Gibson, yang sedang mencari aktor yang tepat untuk memerankan konsep film yang sudah lama disimpannya, menunggu orang yang tepat untuk memerankannya.
“Saya terkejut suatu hari dikirimkan naskah sebagai peran utama dalam sebuah film besar. Belum pernah saya bermain dalam film besar apalagi sebagai peran utama. Tapi yang membuat saya lebih terkejut lagi adalah ketika tahu peran yang harus saya mainkan. Ayolah…, Dia ini Tuhan, siapa yang bisa mengetahui apa yang ada dalam pikiran Tuhan dan memerankannya? Mereka pasti bercanda.
Besok paginya saya mendapat sebuah telepon, “Hallo ini, Mel”. Kata suara dari telpon tersebut. “Mel siapa?”, Tanya saya bingung. Saya tidak menyangka kalau itu Mel Gibson, salah satu actor dan sutradara Hollywood yang terbesar. Mel kemudian meminta kami bertemu, dan saya menyanggupinya.
Saat kami bertemu, Mel kemudian menjelaskan panjang lebar tentang film yang akan dibuatnya. Film tentang Tuhan Yesus yang berbeda dari film2 lain yang pernah dibuat tentang Dia. Mel juga menyatakan bahwa akan sangat sulit dalam memerankan film ini, salah satunya saya harus belajar bahasa dan dialek alamik, bahasa yang digunakan pada masa itu.
Dan Mel kemudian menatap tajam saya, dan mengatakan sebuah resiko terbesar yang mungkin akan saya hadapi. Katanya bila saya memerankan film ini, mungkin akan menjadi akhir dari karir saya sebagai actor di Hollywood.
Sebagai manusia biasa saya menjadi gentar dengan resiko tersebut. Memang biasanya aktor pemeran Yesus di Hollywood, tidak akan dipakai lagi dalam film-film lain. Ditambah kemungkinan film ini akan dibenci oleh sekelompok orang Yahudi yang berpengaruh besar dalam bisnis pertunjukan di Hollywood . Sehingga habislah seluruh karir saya dalam dunia perfilman.
Dalam kesenyapan menanti keputusan saya apakah jadi bermain dalam film itu, saya katakan padanya. “Mel apakah engkau memilihku karena inisial namaku juga sama dengan Jesus Christ (Jim Caviezel), dan umurku sekarang 33 tahun, sama dengan umur Yesus Kristus saat Ia disalibkan?” Mel menggeleng setengah terperengah, terkejut, menurutnya ini menjadi agak menakutkan. Dia tidak tahu akan hal itu, ataupun terluput dari perhatiannya. Dia memilih saya murni karena peran saya di “Thin Red Line”. Baiklah Mel, aku rasa itu bukan sebuah kebetulan, ini tanda panggilanku, semua orang harus memikul salibnya. Bila ia tidak mau memikulnya maka ia akan hancur tertindih salib itu. Aku tanggung resikonya, mari kita buat film ini!
Maka saya pun ikut terjun dalam proyek film tersebut. Dalam persiapan karakter selama berbulan-bulan saya terus bertanya-tanya, dapatkah saya melakukannya? Keraguan meliputi saya sepanjang waktu. Apa yang seorang Anak Tuhan pikirkan, rasakan, dan lakukan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut membingungkan saya, karena begitu banya referensi mengenai Dia dari sudut pandang berbeda-beda.
Akhirnya hanya satu yang bisa saya lakukan, seperti yang Yesus banyak lakukan yaitu lebih banyak berdoa. Memohon tuntunanNya melakukan semua ini. Karena siapalah saya ini memerankan Dia yang begitu besar. Masa lalu saya bukan seorang yang dalam hubungan denganNya. Saya memang lahir dari keluarga Katolik yang taat, kebiasaan-kebiasaan baik dalam keluarga memang terus mengikuti dan menjadi dasar yang baik dalam diri saya.
Saya hanyalah seorang pemuda yang bermain bola basket dalam liga SMA dan kampus, yang bermimpi menjadi seorang pemain NBA yang besar. Namun cedera engkel menghentikan karir saya sebagai atlit bola basket. Saya sempat kecewa pada Tuhan, karena cedera itu, seperti hancur seluruh hidup saya.
Saya kemudian mencoba peruntungan dalam casting-casting, sebuah peran sangat kecil membawa saya pada sebuah harapan bahwa seni peran munkin menjadi jalan hidup saya. Kemudian saya mendalami seni peran dengan masuk dalam akademi seni peran, sambil sehari-hari saya terus mengejar casting.
Dan kini saya telah berada dipuncak peran saya. Benar Tuhan, Engkau yang telah merencanakan semuanya, dan membawaku sampai disini. Engkau yang mengalihkanku dari karir di bola basket, menuntunku menjadi aktor, dan membuatku sampai pada titik ini. Karena Engkau yang telah memilihku, maka apapun yang akan terjadi, terjadilah sesuai kehendakMu.
Saya tidak membayangkan tantangan film ini jauh lebih sulit dari pada bayangan saya.
Di make-up selama 8 jam setiap hari tanpa boleh bergerak dan tetap berdiri, saya adalah orang satu-satunya di lokasi syuting yang hampir tidak pernah duduk. Sungguh tersiksa menyaksikan kru yang lain duduk-duduk santai sambil minum kopi. Kostum kasar yang sangat tidak nyaman, menyebabkan gatal-gatal sepanjang hari syuting membuat saya sangat tertekan. Salib yang digunakan, diusahakan seasli mungkin seperti yang dipikul oleh Yesus saat itu. Saat mereka meletakkan salib itu dipundak saya, saya kaget dan berteriak kesakitan, mereka mengira itu akting yang sangat baik, padahal saya sungguh-sungguh terkejut. Salib itu terlalu berat, tidak mungkin orang biasa memikulnya, namun saya mencobanya dengan sekuat tenaga.
Yang terjadi kemudian setelah dicoba berjalan, bahu saya copot, dan tubuh saya tertimpa salib yang sangat berat itu. Dan sayapun melolong kesakitan, minta pertolongan. Para kru mengira itu akting yang luar biasa, mereka tidak tahu kalau saya dalam kecelakaan sebenarnya. Saat saya memulai memaki, menyumpah dan hampir pingsan karena tidak tahan dengan sakitnya, maka merekapun terkejut, sadar apa yang sesungguhnya terjadi dan segera memberikan saya perawatan medis.
Sungguh saya merasa seperti setan karena memaki dan menyumpah seperti itu, namun saya hanya manusia biasa yang tidak biasa menahannya. Saat dalam pemulihan dan penyembuhan, Mel datang pada saya. Ia bertanya apakah saya ingin melanjutkan film ini, ia berkata ia sangat mengerti kalau saya menolak untuk melanjutkan film itu. Saya bekata pada Mel, saya tidak tahu kalau salib yang dipikul Tuhan Yesus seberat dan semenyakitkan seperti itu. Tapi kalau Tuhan Yesus mau memikul salib itu bagi saya, maka saya akan sangat malu kalau tidak memikulnya walau sebagian kecil saja. Mari kita teruskan film ini. Maka mereka mengganti salib itu dengan ukuran yang lebih kecil dan dengan bahan yang lebih ringan, agar bahu saya tidak terlepas lagi, dan mengulang seluruh adegan pemikulan salib itu. Jadi yang penonton lihat didalam film itu merupakan salib yang lebih kecil dari aslinya.
Bagian syuting selanjutnya adalah bagian yang mungkin paling mengerikan, baik bagi penonton dan juga bagi saya, yaitu syuting penyambukan Yesus. Saya gemetar menghadapi adegan itu, Karena cambuk yang digunakan itu sungguhan. Sementara punggung saya hanya dilindungi papan setebal 3 cm. Suatu waktu para pemeran prajurit Roma itu mencambuk dan mengenai bagian sisi tubuh saya yang tidak terlindungi papan. Saya tersengat, berteriak kesakitan, bergulingan ditanah sambil memaki orang yang mencambuk saya. Semua kru kaget dan segera mengerubungi saya untuk memberi pertolongan.
Tapi bagian paling sulit, bahkan hampir gagal dibuat yaitu pada bagian penyaliban. Lokasi syuting di Italia sangat dingin, sedingin musim salju, para kru dan figuran harus manggunakan mantel yang sangat tebal untuk menahan dingin. Sementara saya harus telanjang dan tergantung diatas kayu salib, diatas bukit yang tertinggi disitu. Angin dari bukit itu bertiup seperti ribuan pisau menghujam tubuh saya. Saya terkena hypothermia (penyakit kedinginan yang biasa mematikan), seluruh tubuh saya lumpuh tak bisa bergerak, mulut saya gemetar bergoncang tak terkendalikan. Mereka harus menghentikan syuting, karena nyawa saya jadi taruhannya.
Semua tekanan, tantangan, kecelakaan dan penyakit membawa saya sungguh depresi. Adegan-adegan tersebut telah membawa saya kepada batas kemanusiaan saya. Dari adegan-keadegan lain semua kru hanya menonton dan menunggu saya sampai pada batas kemanusiaan saya, saat saya tidak mampu lagi baru mereka menghentikan adegan itu. Ini semua membawa saya pada batas-batas fisik dan jiwa saya sebagai manusia. Saya sungguh hampir gila dan tidak tahan dengan semua itu, sehingga seringkali saya harus lari jauh dari tempat syuting untuk berdoa. Hanya untuk berdoa, berseru pada Tuhan kalau saya tidak mampu lagi, memohon Dia agar memberi kekuatan bagi saya untuk melanjutkan semuanya ini. Saya tidak bisa, masih tidak bisa membayangkan bagaimana Yesus sendiri melalui semua itu, bagaimana menderitanya Dia. Dia bukan sekedar mati, tetapi mengalami penderitaan luar biasa yang panjang dan sangat menyakitkan, bagi fisik maupun jiwaNya.
Dan peristiwa terakhir yang merupakan mujizat dalam pembuatan film itu adalah saat saya ada diatas kayu salib. Saat itu tempat syuting mendung gelap karena badai akan datang, kilat sambung menyambung diatas kami. Tapi Mel tidak menghentikan pengambilan gambar, karena memang cuaca saat itu sedang ideal sama seperti yang seharusnya terjadi seperti yang diceritakan. Saya ketakutan tergantung diatas kayu salib itu, disamping kami ada dibukit yang tinggi, saya adalah objek yang paling tinggi, untuk dapat dihantam oleh halilintar. Baru saja saya berpikir ingin segera turun karena takut pada petir, sebuah sakit yang luar biasa menghantam saya beserta cahaya silau dan suara menggelegar sangat kencang (setan tidak senang dengan adanya pembuatan film seperti ini). Dan sayapun tidak sadarkan diri.
Yang saya tahu kemudian banyak orang yang memanggil-manggil meneriakkan nama saya, saat saya membuka mata semua kru telah berkumpul disekeliling saya, sambil berteriak-teriak “dia sadar! dia sadar!” (dalam kondisi seperti ini mustahil bagi manusia untuk bisa selamat dari hamtaman petir yang berkekuatan berjuta-juta volt kekuatan listrik, tapi perlindungan Tuhan terjadi disini).
“Apa yang telah terjadi?” Tanya saya. Mereka bercerita bahwa sebuah halilintar telah menghantam saya diatas salib itu, sehingga mereka segera menurunkan saya dari situ. Tubuh saya menghitam karena hangus, dan rambut saya berasap, berubah menjadi model Don King. Sungguh sebuah mujizat kalau saya selamat dari peristiwa itu.
Melihat dan merenungkan semua itu seringkali saya bertanya, “Tuhan, apakah Engkau menginginkan film ini dibuat? Mengapa semua kesulitan ini terjadi, apakah Engkau menginginkan film ini untuk dihentikan”? Namun saya terus berjalan, kita harus melakukan apa yang harus kita lakukan. Selama itu benar, kita harus terus melangkah. Semuanya itu adalah ujian terhadap iman kita, agar kita tetap dekat padaNya, supaya iman kita tetap kuat dalam ujian.
Orang-orang bertanya bagaimana perasaan saya saat ditempat syuting itu memerankan Yesus. Oh… itu sangat luar biasa… mengagumkan… tidak dapat saya ungkapkan dengan kata-kata. Selama syuting film itu ada sebuah hadirat Tuhan yang kuat melingkupi kami semua, seakan-akan Tuhan sendiri berada disitu, menjadi sutradara atau merasuki saya memerankan diriNya sendiri.
Itu adalah pengalaman yang tak terkatakan. Semua yang ikut terlibat dalam film itu mengalami lawatan Tuhan dan perubahan dalam hidupnya, tidak ada yang terkecuali. Pemeran salah satu prajurit Roma yang mencambuki saya itu adalah seorang muslim, setelah adegan tersebut, ia menangis dan menerima Yesus sebagai Tuhannya. Adegan itu begitu menyentuhnya. Itu sungguh luar biasa. Padahal awalnya mereka datang hanya karena untuk panggilan profesi dan pekerjaan saja, demi uang. Namun pengalaman dalam film itu mengubahkan kami semua, pengalaman yang tidak akan terlupakan.
Dan Tuhan sungguh baik, walaupun memang film itu menjadi kontroversi. Tapi ternyata ramalan bahwa karir saya berhenti tidak terbukti. Berkat Tuhan tetap mengalir dalam pekerjaan saya sebagai aktor. Walaupun saya harus memilah-milah dan membatasi tawaran peran sejak saya memerankan film ini.
Saya harap mereka yang menonton The Passion Of Jesus Christ, tidak melihat saya sebagai aktornya. Saya hanyalah manusia biasa yang bekerja sebagai aktor, jangan kemudian melihat saya dalam sebuah film lain kemudian mengaitkannya dengan peran saya dalam The Passion dan menjadi kecewa.
Tetap pandang hanya pada Yesus saja, dan jangan lihat yang lain. Sejak banyak bergumul berdoa dalam film itu, berdoa menjadi kebiasaan yang tak terpisahkan dalam hidup saya. Film itu telah menyentuh dan mengubah hidup saya, saya berharap juga hal yang sama terjadi pada hidup anda. Amin.
“TUHAN YESUS MEMBERKATI KITA SEMUA”

Thursday, March 28, 2013

GI JOE: RETALIATION (3D)

GI JOE: RETALIATION (3D)GI JOE: RETALIATION (3D)
Kode M-TIX : GI3D
Jenis Film : Action
Produser : Lorenzo di Bonaventura, Brian Goldner
Produksi : PARAMOUNT PICTURES
Sutradara : Jon M. Chu
Homepage : www.gijoemovie.com

 SYNOPSIS

Kapten Duke Hauser (Channing Tatum) dan timnya GI Joe ditetapkan sebagai pengkhianat. Mereka akan dibubarkan saat Presiden Amerika Serikat (Jonathan Pryce) memberi perintah agar mereka dihentikan, semua ini akibat pengaruh Cobra, mata-mata Zartan

Tim GI Joe bergabung dengan Joe Colton (Bruce Willis) untuk mengalahkan Zartan dan menyelamatkan dunia melalui operasi rahasia mereka, 'Revolusi Amerika Kedua'
COMPLETE ARCHIVE
Pantau segala informasi film dengan http://m.21cineplex.com dari browser ponsel Anda!

Tuesday, March 26, 2013

Ulang Tahun ke 5 dahsyat Tanpa Raffi, Olga dan yang lain sedih


Ulang Tahun ke 5 dahsyat Tanpa Raffi, Olga dan yang lain sedih - Ulang tahun dahsyat yang kelima yang bertemakan Semua Karena Cinta harus merasa sepi Karna salah satu Hostnya sedang menjalani Hukuman yang diberikan kepada Hukum karna sebuah kasus Narkotika, Ini adalah ulang tahun DahsyatYang pernah diselenggarakan tanpa Raffi Ahmad,Meskipun demikian Olga syahputra tetap harus semangat meskipun dalam hatinya terdapat rasa sedih karna tak hadirnya teman/Host dahsyat yang telah menemaninya 5 tahun dalam acara dahsyat.

Tak hanya Olga Yang merasakan kesepian Ini, Artis/Sahabat lain juga merasakannya, Seperti Noah Band.Beberapa kali tampil di Dahsyat tidak membuat band yang terdiri dari Ariel, Uki, Lukman, Reza, dan David lupa pada sosok jenaka Raffi. Meskipun acara “5emua 5emakin DahSyat” tetap meriah, namun tetap ada sesuatu yang kurang.

"Saya kenal dia (Raffi) dari waktu rumahnya sama-sama deketan di Antapani (Bandung). Tahu dia sering ngelucu. Pas sekarang jadi berkurang serunya," ujar Ariel saat ditemui di Gedung RCTI, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Senin (25/3/2013) dini hari.

Hal senada juga dirasakan Uki dan personel Noah lainnya. Bagi mereka, Raffi yang lucu dan apa adanya selalu bisa menghidupkan suasana. 

"Yang pasti kurang ramai, karena orangnya blakblakan. Lucu, ngobrol apa adanya," tutup Uki

Hukum adalah Hukum, dan hukum tidak bisa diubah, siapa yang melanggar Hukum, maka Hukum akan bertindak kepadanya.

love poems2

MEMORIES OF YOU
By: aldi

Wherever I am,,
In whatever way,,,
your memories are always with me,,,
Should I tell anyone or should I not,,
It's the matter of the heart after all,,
It's said that a world moves along with us,,
Even as solitude grows silently in the heart,,
All I have are memories,,

Somewhere in my heart,,
an arrow pierces trough memories,,
Somewhere every pictures dims a little,,
Some find happiness in the shades of a new world,,
Memories of you...

Hold my hand,,
let's remember what we share
Understand that I know you really care
Baby that you ever think of me as your best friend,,??
Remember all those times, we were best friend??
I remember,
It’s been 365 nights since the last goodbye
It’s too long for me, that’s the reason why

Now please come down, get lower
I’m on the top of the tower and can’t go higher
I have something to say to you
I need to tell you, that… I wanna stop loving you

Thursday, March 21, 2013

ayo nonton sepak bola indo


Pengumuman Penjualan Tiket Pertandingan Indonesia Vs Saudi Arabia

Ditulis Pada 
Panitia Pelaksana Pertandingan Pra Piala Asia Indonesia versus Saudi Arabia menyiapakan sebanyak 69.080 lembar tiket yang akan dijual kepada masyarakat yang akan menyaksikan secara langsung pertandingan tersebut.
Tiket dijual terbagi dalam lima kategori, Kategori VVIP Rp.1.000.000,- (400 lembar); Kategori VIP Barat Rp.500.000,- (3180 lembar); Kategori VIP Timur dan kategori I Rp.200.000,- (21500 lembar); Kategori II Rp.100.000,- (14000 lembar);dan kategori III Rp.50.000 (30000 lembar).
Penjualan tiket pertandingan dapat dibeli langsung pada hari pertandingan 23 Maret 2013. Loket penjualan tiket mulai dibuka pada pukul 9 pagi di loket loket box yang ada di sekitar Stadion Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta. (Tim Media)

Friday, March 15, 2013

love poems1


THE LAST DATE WITH THE MOON
By traberaldi

Here I am, standing in the brink of the day
Staring at the sun that has gone away
And a smile upon your face,
Make me never wanna leave this place

There you are, hardly I can see cause you just so far
I see your eyes blinking, are you a star?
But I remember you said you’re a moon
So I should have seen you soon

And here we are now,
You come to me somehow
You are getting closer and closer,
But why I feel like a stranger?

Saturday, March 9, 2013

Belo Horizonte, as seen by Gilberto Silva


During his time travelling the world and discovering diverse cultures, former Brazil internationalGilberto Silva always found a way to stave off homesickness. Like any good Mineiro (native of Minas Gerais State) he found succour in home-cooked food and music from the region, while frequently drawing on his memories of a childhood in Lagoa da Prata and adolescence in Belo Horizonte during the nine years he spent playing in Europe (2002-2011).
Now back home and once again playing for Atletico Mineiro, where he first shot to international fame, the 2002 FIFA World Cup™ winner is discovering new delights in the state capital, such as its recently renovated Estadio Mineirao. Now, in the first of a series of interviews aimed at showcasing the host cities of the next FIFA Confederations Cup and FIFA World Cup, FIFA.com chatted with the 36-year-old defensive midfielder about life in Belo Horizonte, its tourism, gastronomy, culture and, of course, its football.
FIFA.com: Has your recent return finally cured your longing for Minas Gerais, and what did you miss most during your time away?
Gilberto Silva:
 Well it’s good to be here. The things I missed most were my family, friends and those closest to me - people I’d always had around me and who I'd lost contact with. That’s the hardest thing about living abroad; everything else you can get used to if put your mind to it. However, missing your family is not so easy to resolve.
Didn’t you miss the food? After all, that’s very important for a Mineiro
I did yes but that wasn’t a problem. When I first moved to London it was more complicated, as I didn’t speak English and I was staying in a hotel. The meals [while on club duty] were carefully controlled and lacked a bit of seasoning and flavour, but sometimes I managed to have a word with a Spanish or Portuguese-speaking waiter, who’d bring me rice with beef or eggs (laughs). Later when I moved into my own house I began to prepare my own food more, and I also had a cook. I prefer eating home-cooked food than going out to a restaurant. The taste is different as well. I’m someone who really likes to be at home with family, so I think that’s also part of it.
And what would be your favourite dish from the local cuisine? 
There are loads (laughs). I adore feijao tropeiro (type of bean casserole). And on Sundays, whenever possible, I’d eat chicken with okra and polenta (a cornmeal pudding). That’s good Mineiro food and something I’d recommend to anyone. 

Tuesday, March 5, 2013


Real fightback eliminates United

(PA) Tuesday 5 March 2013
Cristiano Ronaldo scored the decisive goal as Real Madrid came from behind to win 2-1 atManchester United on Tuesday and reach the UEFA Champions League quarter-finals.
In a breathless game, Nani forced Sergio Ramos to put through his own goal in the 48th minute to give United a 2-1 aggregate lead in the last 16 tie, only for the Portugal winger to then be sent off for a foul on Alvaro Arbeloa. Madrid immediately seized the initiative, equalising through substitute Luka Modric in the 66th minute and then earning victory through United old boy Ronaldo on his return to Old Trafford.

Sunday, March 3, 2013

STADIUM MANAUS

The very location of the city of Manaus is one of its most remarkable attractions: the confluence of the rivers Negro (Black) and Solimões (how the Amazon River is known in this part of Brazil). The dark-coloured waters of the former and the muddy waters of the latter flow side by side for over 18 kilometres without mixing, forming one of the Amazon's most majestic sights.

Evra hoping love is tough for Ronaldo


Evra hoping love is tough for Ronaldo

(PA) Sunday 3 March 2013
Patrice Evra is hoping that Manchester United can smother Real Madrid forward Cristiano Ronaldo with love at Old Trafford on Tuesday.
Ronaldo returns to Old Trafford for the first time since his world record £80million move to Madrid desperate to dump his old club out of the UEFA Champions League. The former FIFA World Player of the Year has already done some damage, cancelling out Danny Welbeck's opener at the Bernabeu three weeks ago.
Any intervention this week could prove terminal to United's hopes of progress though. And having spoken to his former team-mate in the aftermath of that 1-1 draw in Madrid, Evra feels Ronaldo may find it difficult knowing so much good feeling for him remains amongst the Red Devils faithful.
"It is difficult when you play with love," Evra told MUTV. "Cristiano will get a great reception on Tuesday because of what he achieved for Manchester United. The fans will never forget what he did. Also, he still loves the club.
"I remember after the game in Madrid we had a chat. He said it was going to be more difficult to come here. This is his house, so there will be a lot of emotion. I hope he doesn't play well because of that.
"But Ronaldo is a winner. He is a big competitor. If he can win against Manchester United he will do it."

Belarus 0-4 Spain: Pedro fires hat-trick in cruise for world champions


Belarus 0-4 Spain: Pedro fires hat-trick in cruise for world champions

The Barcelona attacker scored a superb treble for Vicente Del Bosque's side, as they put in a fine performance to secure all three points and make it two wins from two in Group I

Pedro, Spain


Spain stretched their unbeaten run in World Cup qualification matches to 47 in Minsk this evening, as they eased to a 4-0 victory over Belarus courtesy of a hat-trick from Pedro, and a first-half goal from Jordi Alba.

Getty Images


La Roja could have been two goals up within four minutes of this match, as Cesc Fabregas saw an effort from a tight angle deflected on to the post, while David Silva wasted a glorious chance seconds later by shooting into the side netting, after he had latched on to a divine lobbed through-ball from Xavi.

It did not take the away side long to take the lead however, as Jordi Alba made it 1-0 in the 12th minute following a wonderful move involving Xavi and Pedro. The young full-back passed inside to Xavi, who then rifled a low ball into Pedro. The attacker had his back to goal but somehow flicked an unorthodox pass through to the overlapping Alba who had continued his run. The Barcelona left-back took the ball in his stride in what looked to be an offside position, dribbled past the Belarus goalkeeper Sergei Veremko, and then slotted the ball into the empty net for his second international goal.

Pedro increased Spain's lead 10 minutes later, dinking a neat shot past Veremko after being set up by an inch-perfect through-ball from Silva. The Barcelona man did brilliantly to shift the ball out of his feet after receiving Silva's pass on the edge of the Belarus box, before chipping a deft effort over Veremko and into the back of the net. 

Friday, March 1, 2013

GoalControl awarded FIFA GLT licence




FIFA has awarded GoalControl GmbH (based in Wurselen, Germany) a licence for its goal-line technology system GoalControl-4D. GoalControl-4D uses 14 high-speed cameras located around the pitch which are directed at both goals.
The position of the ball is continually and automatically captured in three dimensions - using X, Y and Z co-ordinates - as soon as it approaches the goal-line. When the ball has completely crossed the line, the central analysis unit sends an encrypted signal to the referee’s watch in less than a second. GoalControl-4D can be used with both standard goalposts and balls.

GoalControl GmbH and FIFA signed the licensing contract after successful tests at Dusseldorf’s Esprit-Arena and the Veltins-Arena in Gelsenkirchen in February 2013.

GoalControl will also participate in the tender to provide goal-line technology at the FIFA Confederations Cup 2013, as well as the 2014 FIFA World Cup Brazil™.

Giggs signs on past 40th birthday


Ryan Giggs has signed a one-year contract extension, Manchester United announced today. The deal, which will take Giggs beyond his 40th birthday, has been agreed after an outstanding series of performances from the veteran and will stop speculation that he would retire at the end of the season.
The midfielder is already the most decorated player in British football history and will be winning his 13th league championship should United press home their 12-point advantage over Manchester City in the Barclays Premier League.
His next appearance will be his 1,000th senior appearance, which includes games for Wales and Team GB at the London Olympics.
"What can I say about Ryan that hasn't already been said? He is a marvellous player and an exceptional human being," said Sir Alex Ferguson. "Ryan is an example to us all, the way in which he has, and continues to, look after himself.